PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI IBU DAN BAYI
PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI IBU DAN BAYI
Dosen Pengampuh :
Ibu Yati Isnaini Safitri, SST., Bdn., M.kes
Disusun Oleh :
Julita Seni Agnesia (1230023001)
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN AJARAN 2025
A. Pendahuluan
Interaksi antara ibu dan bayi memainkan peran penting dalam perkembangan emosional, sosial, dan kognitif anak. Sejak lahir, bayi berkomunikasi melalui tangisan, gerakan, dan ekspresi wajah, sementara ibu merespons dengan sentuhan, suara, dan kontak mata. Komunikasi ini membentuk ikatan emosional (bonding) yang berdampak pada rasa aman dan perkembangan psikologis bayi.
Menurut teori attachment Bowlby, keterikatan yang aman dengan ibu akan membangun kepercayaan diri dan kemampuan sosial anak. Interaksi verbal dan nonverbal juga merangsang perkembangan bahasa serta kecerdasan bayi. Namun, tantangan seperti depresi pascamelahirkan dapat menghambat komunikasi, sehingga dukungan psikologis bagi ibu sangat penting.
Memahami psikologi dan komunikasi ibu-bayi membantu meningkatkan kualitas interaksi, mendukung perkembangan anak, dan memperkuat hubungan emosional antara keduanya.
B. Pentingnya Komunikasi Dini antara Ibu dan Bayi
Setiap bayi berkembang dengan kecepatan berbeda, tetapi secara umum, mereka melalui tahapan komunikasi berikut:
a) usia 0-3 bulan
Bayi mulai mengenali suara ibu, merespons dengan senyuman, menangis untuk berkomunikasi, dan mulai mengeluarkan suara seperti “ooh” atau “aah.
b) usia 4-6 bulan
Bayi mulai lebih aktif dalam mengoceh, tertawa, dan menunjukkan ketertarikan terhadap suara tertentu. Mereka juga mulai meniru nada bicara orang dewasa.
c) usia 7-12 bulan
Bayi mulai memahami beberapa kata, meniru suara, dan menggunakan gestur seperti melambaikan tangan untuk berkomunikasi. Mereka juga mulai mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” dan “dada.”
C. Tahapan Perkembangan Komunikasi pada Bayi
Tahapan perkembangan komunikasi pada bayi merupakan proses yang alami, namun tetap menghadirkan berbagai tantangan bagi orang tua, terutama ibu. Salah satu tantangan utama adalah mengidentifikasi gangguan komunikasi yang mungkin terjadi. Jika bayi jarang merespons suara, tidak melakukan kontak mata, atau tidak menunjukkan ekspresi emosional yang sesuai dengan situasi, hal ini dapat menjadi indikasi adanya keterlambatan atau gangguan komunikasi yang perlu diwaspadai dan segera dikonsultasikan dengan tenaga medis atau ahli perkembangan anak. Selain itu, komunikasi dengan bayi bukan hanya tanggung jawab ibu semata, tetapi juga membutuhkan peran aktif dari ayah dan anggota keluarga lainnya, seperti kakek, nenek, dan saudara kandung. Ayah dapat berkontribusi dengan berinteraksi secara langsung, seperti mengajak berbicara, bermain, atau bernyanyi, sehingga bayi terbiasa mendengar variasi intonasi dan kosakata yang berbeda. Begitu pula dengan anggota keluarga lainnya yang dapat membantu menciptakan lingkungan komunikasi yang kaya dan suportif, yang akan mendukung perkembangan bahasa serta keterampilan sosial bayi secara optimal. Interaksi yang konsisten dan penuh kasih sayang dari seluruh anggota keluarga akan mempercepat proses belajar bayi dalam memahami dan merespons komunikasi di sekitarnya.
D. Tips Praktis untuk Ibu dalam Berkomunikasi dengan Bayi
Ada beberapa cara efektif yang dapat dilakukan ibu untuk membangun komunikasi yang lebih baik dengan bayinya :
1. Berbicara dengan Jelas dan Perlahan
Menggunakan kalimat pendek dan jelas membantu bayi lebih mudah memahami pola komunikasi.
2. Menanggapi Ocehan Bayi
Jika bayi mengoceh, merespons dengan kata-kata atau ekspresi akan membuat mereka merasa didengar dan dihargai, sehingga mereka terdorong untuk terus berkomunikasi.
3. Menggunakan Ekspresi Wajah yang Kaya
Bayi belajar banyak dari ekspresi wajah. Menggunakan berbagai ekspresi membantu mereka memahami emosi dan meningkatkan keterampilan sosial.
E. Mengatasi Tantangan dalam Komunikasi Ibu dan Bayi
Mengatasi tantangan dalam komunikasi antara ibu dan bayi merupakan aspek penting dalam mendukung perkembangan bahasa dan sosial bayi. Salah satu tantangan utama adalah mengidentifikasi gangguan komunikasi sejak dini. Jika bayi jarang merespons suara, tidak melakukan kontak mata, atau tidak menunjukkan ekspresi emosional yang sesuai dengan situasi, hal ini dapat menjadi tanda adanya keterlambatan atau gangguan komunikasi. Orang tua perlu memperhatikan perkembangan ini dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis atau ahli perkembangan anak jika ditemukan tanda-tanda yang mencurigakan. Deteksi dini dan intervensi yang tepat dapat membantu bayi mengembangkan keterampilan komunikasinya secara optimal.
Selain itu, komunikasi dengan bayi bukan hanya menjadi tanggung jawab ibu, tetapi juga memerlukan peran aktif dari ayah dan anggota keluarga lainnya, seperti kakek, nenek, serta saudara kandung. Ayah dapat berkontribusi dengan mengajak bayi berbicara, membacakan cerita, atau bermain secara interaktif untuk memperkaya pengalaman berbahasa bayi. Begitu pula dengan anggota keluarga lainnya yang dapat menciptakan lingkungan komunikasi yang suportif dan penuh stimulasi. Dengan adanya keterlibatan keluarga secara konsisten, bayi akan terbantu dalam mengembangkan pemahaman bahasa, ekspresi emosional, serta keterampilan sosial yang lebih baik.
F. Kesimpulan
Komunikasi antara ibu dan bayi memainkan peran krusial dalam perkembangan emosional, sosial, dan kognitif anak. Interaksi yang terjalin sejak dini membantu membangun ikatan emosional yang kuat, meningkatkan rasa aman, serta mendukung perkembangan bahasa dan kecerdasan bayi. Tahapan komunikasi bayi berkembang secara bertahap, mulai dari mengenali suara dan merespons dengan senyuman hingga meniru kata-kata dan gestur sederhana.
Dengan menerapkan strategi komunikasi yang efektif, seperti berbicara dengan jelas, merespons ocehan bayi, serta menggunakan ekspresi wajah yang kaya, ibu dapat meningkatkan kualitas interaksi dengan bayi. Dukungan keluarga yang konsisten akan semakin memperkaya pengalaman berbahasa bayi dan membantu mereka berkembang secara optimal. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih baik mengenai komunikasi ibu dan bayi sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak secara holistik.
G. Daftar Pustaka
Zeedyk, M. S. ((2006).). Communicating with Babies: The Importance of Interaction in Early Childhood. Infant Observation, 9(1), 29-42.
Feldman, R. ((2007)). Mother-infant synchrony and the development of moral orientation in childhood and adolescence: Direct and indirect mechanisms of developmental continuity. American Journal of Orthopsychiatry, 77(4), 582-597.
UNICEF. ((2021).). Early Childhood Development: The Key to a Full and Productive Life. Retrieved from https://www.unicef.org/early-childhood-development.
WHO. ((2020)). Nurturing Care for Early Childhood Development. Retrieved from https://www.who.int/.
RI., K. K. ((2019)). Pedoman Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Kemenkes RI.
H. Refrensi
Komentar
Posting Komentar